Merencanakan Perjalanan bagi Si Sibuk
Buat sebagian orang, merencanakan liburan adalah hal yang gampang. Begitu masuk tahun baru, lihat kalender, tandai hari libur dan cuti bersama, beli tiket, berangkat. Tapi buat sebagian kecil orang, pekerjaannya tidak memungkinkan untuk seperti itu, dimana saya termasuk golongan kecil ini. Pekerjaan saya tidak memungkinkan untuk sering-sering mengambil cuti, hari Sabtu tetap bekerja, tidak mengalami nikmatnya cuti bersama, daaannn jatah cuti sama dengan kebanyakan orang, hanya 12 hari.
Setahun saya berusaha mencari celah bagaimana bisa merencanakan perjalanan impian saya akhirnya saya bisa menyimpulkan beberapa hal.
1. Beda minat, beda tempat traveling
Jangan panas dengan cerita atau foto-foto traveling orang lain. Jujur, saya orangnya gampang pengen kalo baca, denger, maupun liat foto dan jurnal tentang suatu destinasi. Liat foto Ora beach, Maluku (googling deh!) saya langsung ngebayangin keluar kamar pagi-pagi dan lihat hamparan laut, ataupun baca cerita pencarian Aurora Borealis di daerah Amerika Utara, mendadak pengen liat sendiri warna-warna cantiknya. Kalau waktu dan biaya memungkinkan sih, ya gapapa nurutin semuanya, hehehe. Lama2 saya sadar sih, belum tentu cerita perjalanan dan foto-foto yang menarik itu akan sesuai dengan saya. Bromo dan Semeru memang cantik, tapi saya gak tahan dingin, gak suka pake jaket, dan gak kuat nanjak, jadi mungkin saya tidak akan terlalu menikmati seperti oranglain, hehehe..
2. Tentukan tempat dan tanggal liburan
Begitu banyak destinasi yang memikat hati, jangankan diluar negeri, di dalam negeri aja pilihannya banyak banget. Sebagai dokter gigi dengan jadwal praktek yang padat, maka tipe liburan saya tidak bisa disamakan dengan orang kantoran ataupun freelance. Apabila orang lain bisa dengan mudahnya mendapat longweekend di tanggal2 kejepit, tidak demikian dengan saya. Saya harus memilih tanggal merah dan cuti yang kira-kira bisa saya ambil dari jauh-jauh hari, harus didiskusikan dulu dengan teman sejawat yang lain, dan dengan waktu liburan yang tidak terlalu lama (rekor saya sih cuma 6 hari), biasaaa..banyak pasien yang kangen :D.
3. Pergilah dengan atau tanpa teman perjalanan
Apabila saya menetapkan suatu periode liburan, maka itu harus terlaksana, dengan atau tanpa teman perjalanan. Apabila ada yang menawar agar waktu pelaksanaan diundur, saya pasti menolak karena belum tentu saya akan available lagi di tanggal tersebut, dan belum tentu mereka jadi pergi, biasanya sih omong kosong doang, hehehe. Dalam perjalanan ke Wakatobi awal Maret kemarin, saya tidak menemukan teman yang bisa diseret kesana, jadi saya tetap berangkat sendiri. Berbekal couchsurfing, saya mendapat partner traveling menuju Wakatobi dan host di Makasar.
Tidak setiap waktu traveling menyenangkan, selalu ada duka yang menyertai. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menikmati kesusahan itu daripada mengeluh. Sewaktu menuju Pelabuhan Satun, perbatasan Thailand - Malaysia, persediaan baht saya sudah tipis, bahkan saya mesti menahan lapar tidak makan siang karena takut akan membutuhkan baht di perbatasan nanti. Untungnya di perbatasan berlaku mata uang kedua negara, baik baht maupun ringgit, kursnya-pun memakai kurs akur, ini sih julukan saya saja karena 1RM dihargai 10 THB, langsung deh kalap beli cemilan buat di kapal.
5. Tidak usah memaksakan sebuah destinasi
Teman saya yang pegawai kantoran biasanya traveling 2 bulan sekali, yang freelance sebulan sekali, pengen rasanya seperti mereka. Saya sadar sih, hal tersebut gak bisa terwujud, bisa-bisa diprotes bos, temen sejawat dan pasien nanti saya, dokternya kok jarang praktek. Bagaimana cara saya mengatasinya? Begitu memasuki awal tahun, saya menentukan 1tujuan luar negeri (LN) dan 1tujuan dalam negeri (DN) di "new year resolution". Seiring berjalan waktu dalam setahun itu, belum tentu saya masih berminat dengan target tujuan saya, begitu ada yang lebih menarik, tinggal saya ganti, tapi dengan format 1LN 1DN, Paling tidak dalam setahun kedua tujuan tersebut tercapai, Alhamdulilllaah kalau lebih. Di tahun 2013 ini saya menetapkan Rajaampat dan Boracay-Manila yang ada di wishlist, tapi apa daya, Rajaampat harus digeser oleh Wakatobi, karena biaya yang masih terlalu berat, semoga aja Boracay-Manila kesampean nih.
6. Rencakan perjalanan dinas sekaligus traveling
Naaahh, ini nih yang baru saya temukan triknya. Kalau ada seminar di luar kota, makin jauh makin bagus, silakan ajukan. Tempat kerja kita tidak akan menolak karyawan yang mau mengikuti seminar, kursus ataupun training. Kalau ijin sudah dikantongin, gak ada salahnya ajukan cuti sehari setelah waktu seminar selesai khusus untuk explore tempat tersebut. Kalau punya kenalan orang lokal lebih bagus lagi, dia bisa menunjukan tempat bagus yang terkenal ataupun yang belum diketahui wisatawan, cuti sehari kita terasa sangat efisien.
Sementara itu dulu ya, mungkin kalau saya menemukan tips baru akan saya masukan ke poin berikutnya, selamat merencanakan liburan!
Setahun saya berusaha mencari celah bagaimana bisa merencanakan perjalanan impian saya akhirnya saya bisa menyimpulkan beberapa hal.
1. Beda minat, beda tempat traveling
Jangan panas dengan cerita atau foto-foto traveling orang lain. Jujur, saya orangnya gampang pengen kalo baca, denger, maupun liat foto dan jurnal tentang suatu destinasi. Liat foto Ora beach, Maluku (googling deh!) saya langsung ngebayangin keluar kamar pagi-pagi dan lihat hamparan laut, ataupun baca cerita pencarian Aurora Borealis di daerah Amerika Utara, mendadak pengen liat sendiri warna-warna cantiknya. Kalau waktu dan biaya memungkinkan sih, ya gapapa nurutin semuanya, hehehe. Lama2 saya sadar sih, belum tentu cerita perjalanan dan foto-foto yang menarik itu akan sesuai dengan saya. Bromo dan Semeru memang cantik, tapi saya gak tahan dingin, gak suka pake jaket, dan gak kuat nanjak, jadi mungkin saya tidak akan terlalu menikmati seperti oranglain, hehehe..
2. Tentukan tempat dan tanggal liburan
Begitu banyak destinasi yang memikat hati, jangankan diluar negeri, di dalam negeri aja pilihannya banyak banget. Sebagai dokter gigi dengan jadwal praktek yang padat, maka tipe liburan saya tidak bisa disamakan dengan orang kantoran ataupun freelance. Apabila orang lain bisa dengan mudahnya mendapat longweekend di tanggal2 kejepit, tidak demikian dengan saya. Saya harus memilih tanggal merah dan cuti yang kira-kira bisa saya ambil dari jauh-jauh hari, harus didiskusikan dulu dengan teman sejawat yang lain, dan dengan waktu liburan yang tidak terlalu lama (rekor saya sih cuma 6 hari), biasaaa..banyak pasien yang kangen :D.
3. Pergilah dengan atau tanpa teman perjalanan
Apabila saya menetapkan suatu periode liburan, maka itu harus terlaksana, dengan atau tanpa teman perjalanan. Apabila ada yang menawar agar waktu pelaksanaan diundur, saya pasti menolak karena belum tentu saya akan available lagi di tanggal tersebut, dan belum tentu mereka jadi pergi, biasanya sih omong kosong doang, hehehe. Dalam perjalanan ke Wakatobi awal Maret kemarin, saya tidak menemukan teman yang bisa diseret kesana, jadi saya tetap berangkat sendiri. Berbekal couchsurfing, saya mendapat partner traveling menuju Wakatobi dan host di Makasar.
Saya dan Ikhsan, host di Makasar
4. Nikmatilah setiap detik yang berlaluTidak setiap waktu traveling menyenangkan, selalu ada duka yang menyertai. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menikmati kesusahan itu daripada mengeluh. Sewaktu menuju Pelabuhan Satun, perbatasan Thailand - Malaysia, persediaan baht saya sudah tipis, bahkan saya mesti menahan lapar tidak makan siang karena takut akan membutuhkan baht di perbatasan nanti. Untungnya di perbatasan berlaku mata uang kedua negara, baik baht maupun ringgit, kursnya-pun memakai kurs akur, ini sih julukan saya saja karena 1RM dihargai 10 THB, langsung deh kalap beli cemilan buat di kapal.
5. Tidak usah memaksakan sebuah destinasi
Teman saya yang pegawai kantoran biasanya traveling 2 bulan sekali, yang freelance sebulan sekali, pengen rasanya seperti mereka. Saya sadar sih, hal tersebut gak bisa terwujud, bisa-bisa diprotes bos, temen sejawat dan pasien nanti saya, dokternya kok jarang praktek. Bagaimana cara saya mengatasinya? Begitu memasuki awal tahun, saya menentukan 1tujuan luar negeri (LN) dan 1tujuan dalam negeri (DN) di "new year resolution". Seiring berjalan waktu dalam setahun itu, belum tentu saya masih berminat dengan target tujuan saya, begitu ada yang lebih menarik, tinggal saya ganti, tapi dengan format 1LN 1DN, Paling tidak dalam setahun kedua tujuan tersebut tercapai, Alhamdulilllaah kalau lebih. Di tahun 2013 ini saya menetapkan Rajaampat dan Boracay-Manila yang ada di wishlist, tapi apa daya, Rajaampat harus digeser oleh Wakatobi, karena biaya yang masih terlalu berat, semoga aja Boracay-Manila kesampean nih.
belum tentu saya akan fun begini kalau jadi ke Rajaampat :p
6. Rencakan perjalanan dinas sekaligus traveling
Naaahh, ini nih yang baru saya temukan triknya. Kalau ada seminar di luar kota, makin jauh makin bagus, silakan ajukan. Tempat kerja kita tidak akan menolak karyawan yang mau mengikuti seminar, kursus ataupun training. Kalau ijin sudah dikantongin, gak ada salahnya ajukan cuti sehari setelah waktu seminar selesai khusus untuk explore tempat tersebut. Kalau punya kenalan orang lokal lebih bagus lagi, dia bisa menunjukan tempat bagus yang terkenal ataupun yang belum diketahui wisatawan, cuti sehari kita terasa sangat efisien.
Sementara itu dulu ya, mungkin kalau saya menemukan tips baru akan saya masukan ke poin berikutnya, selamat merencanakan liburan!
Empat jempol.. sayang gak bisa ngikutin begitu, jadi pilih yang terakhir, sambil kerja di luar kota sambil jalan-jalan :D
BalasHapus