Solo Traveling Menuju Wakatobi (bag. 1: persiapan ini-itu)
Berawal di bulan Januari 2013, saya mengalami saat-saat yang paling berat dalam fase kehidupan saya, #eeaaa :D. Saya memutuskan untuk merencanakan perjalanan di bulan Maret (kenapa Maret? Karena saya baru dapat jatah cuti di bulan ini), saya memikirkan sebuah destinasi yang jauh, di timur Indonesia, dan belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Setelah googling, muncul 2 pilihan destinasi yang menarik, Rajaampat atau Wakatobi.
ciri khas Rajaampat yang bikin saya jatuhcinta (sumber: indonesia-tourism.com)
underwater salah satu spot diving di Rajaampat, gak heran kan ini jadi tujuan utama saya(sumber: indonesia-tourism.com)
kalo ini spot diving di Wakatobi, yang gak kalah cantiknya(sumber: jakartaexpat.biz)
Dari awalnya saya
merencanakan perjalanan ini sendiri, tapi namanya juga perempuan, muncul rasa
takut kesepian dan takut kenapa-kenapa. Saya mengajak beberapa teman yang suka traveling, yang dekat maupun yang
tidak, hasilnya kalau gak cocok jadwal ya biaya, hehehe. Saya juga menghubungi sebanyak-banyaknya
jasa tur yang menyelenggarakan perjalanan kesana di bulan Maret. Setelah menerima balasan email, rasanya trip ke Rajaampat harus ditunda dulu
karena biaya, jujuuurr..tabungan saya belum cukup *nangis. Pilihan keduapun ditetapkan,
Wakatobi yang jadi pelampiasan (pada akhirnya Wakatobi bukan sekedar "rebound" kok, hehehe). Entah kenapa, beberapa jasa
penyedia tur yang mengirimkan email tentang trip ke Wakatobi tidak terlihat
menarik itinerary-nya, ada yang terlalu mahal, ada yang destinasinya tidak
sesuai keinginan saya. Ada satu yang menarik perhatian saya, tapi sayangnya
belum tercapai kuota minimal, dan kalaupun tidak tercapai, mereka akan
membatalkan tripnya. Nahlooohhh…
Menjelang akhir bulan, saya mendapat berita kalau maskapai Citilink sedang promo 188ribu ke semua rute. Karena tak kunjung ada kepastian tentang jumlah peserta trip ke Wakatobi, saya memutuskan untuk nekat membeli tiket Jakarta – Makasar di tanggal yang sesuai dengan rencana trip diadakan. Sempat terjadi drama, karena pilihan pembayaran dengan ATM tidak bisa dilakukan, dan customer service yang susah dihubungi. Pada akhirnya, emang udah jodohnya sih ya, CS berhasil dihubungi dan membantu proses pembayaran, tiket seharga 376ribu PP Jakarta – Makasar terselamatkan
Menjelang akhir bulan, saya mendapat berita kalau maskapai Citilink sedang promo 188ribu ke semua rute. Karena tak kunjung ada kepastian tentang jumlah peserta trip ke Wakatobi, saya memutuskan untuk nekat membeli tiket Jakarta – Makasar di tanggal yang sesuai dengan rencana trip diadakan. Sempat terjadi drama, karena pilihan pembayaran dengan ATM tidak bisa dilakukan, dan customer service yang susah dihubungi. Pada akhirnya, emang udah jodohnya sih ya, CS berhasil dihubungi dan membantu proses pembayaran, tiket seharga 376ribu PP Jakarta – Makasar terselamatkan
tiket Jakarta - Makasar PP saya (namanya sengaja di crop yaa :p)
Setelah memiliki tiket Jakarta – Makasar, tingkat pede saya
langsung naik, kalo udah di Makasar mau kemana-mana juga lebih gampang, bisa ke
Manado, Togean, Selayar, Rajaampat (tetep yee :p) ataupun tetap seperti
rencana, ke Wakatobi. Gak peduli deh mau ada tur ato gak, ada temen kesana ato
gak, yang penting nikmatin jalan-jalannya. Welcome my holiday!! Woohhooooo..
Memasuki Februari 2013, Merpati-pun melakukan
program promo dalam rangka Valentine. Dari hasil saya googling, Merpati sering
banget merubah jam keberangkatan sehari sebelumnya, tapi yaaa namanya juga
maskapai dengan rute ke pelosok ya. Bulan ini juga saya dapat email bahwa trip
ke Wakatobi dibatalkan karena tidak mencapai kuota minimal, yasudahlahyaaaa, the show must go on!
Akhirnya, saya tetap dengan rencana semula, saya akan menuju Wakatobi, dengan atau tanpa teman. Sebenarnya ada pesawat langsung ke Wangiwangi / Wanci, ibukota Wakatobi, tapi lagi-lagi karena saya mempertimbangkan biaya, saya memilih rute Makasar – Baubau, yang kemudian harus ditempuh kapal menuju Wakatobi. Tiket Makasar – Baubau PP saya dapatkan dengan harga 526ribu.
tiket Makasar - Baubau, yang tidak langsung saya beli PP, karena pertimbangan biaya :p
Sebelum melakukan suatu perjalanan, sudah menjadi kebiasaan
saya untuk riset di internet maupun ke orang-orang yang pernah kesana. Dari
hasil riset tersebut saya memutuskan tujuan saya adalah ke Tomia, salah satu
pulau besar di Wakatobi. Kenapa ke Tomia? Karena saya dengar spot
underwater-nya paling banyak, dan teman saya yang pernah PTT disini merekomendasikan diving di dive center lokal yang dikelola oleh dokter PTT. Okey, saya merasa sedikit
aman, karena paling tidak ada yang bisa dihubungi disana.
Tiket sudah aman, daerah tujuan juga sudah, sekarang masalah perizinan. Diluar perkiraan saya, cukup gampang minta izin Mama, cuma ditanya mau ngapain disana, dan dengan dalih kalau ada teman saya yang masih PTT disana, akhirnya izin-pun keluar. She knows that I really need a holiday! Love my Mom soooo much!!
Tiket sudah aman, daerah tujuan juga sudah, sekarang masalah perizinan. Diluar perkiraan saya, cukup gampang minta izin Mama, cuma ditanya mau ngapain disana, dan dengan dalih kalau ada teman saya yang masih PTT disana, akhirnya izin-pun keluar. She knows that I really need a holiday! Love my Mom soooo much!!
Naaahhh, sekarang giliran menyusun itinerary nih. Sebelumnya, saya adalah tipe well-prepared traveler, dengan itinerary yang harus jelas dan detail. Mengunjungi Indonesia, terutama Indonesia Timur dan tanpa jasa layanan tur tampaknya sedikit susah kalau harus membuat rencana perjalanan. Ujung-ujungnya saya membuat itinerary secara umum tentang tempat mana yang akan dikunjungi. Pada waktu menyusunnya, saya sempat berpikir tidak akan mengisi hari-hari dengan diving saja, diving cukup sekali, sisanya explore daratan dan kampung tradisional (pada akhirnya saya malah extend buat diving :P).
Rencana pencarian teman di perjalanan masih berlanjut, ada beberapa orang yang menghubungi saya, tapi lama-lama menghilang dengan sendirinya, sayapun juga tidak terlalu memikirkan. Melalui Indobackpacker dan Couchsurfing, saya menemukan teman yang akan menuju ke Wakatobi juga di tanggal yang sama, dengan tujuan sama, menuju Tomia dari Baubau, namanya Taufik dari Samarinda. Lumayanlah yaa, paling gak ada temen dari Baubau. Taufik ini tipe traveler yang senang berinteraksi dengan orang lokal, selalu punya kenalan di setiap tempat yang dikunjungi. Dia malah berencana menginap di rumah penduduk. Salah satu enaknya jadi solotraveler adalah gak terlalu pusing untuk memikirkan teman seperjalanan. Kalau Taufik mau menginap di rumah penduduk, maka saya tetap memilih di penginapan.
Menjelang akhir bulan Februari, hampir semua persiapan
selesai, tinggal penginapan di Wanci saja yang belum saya pesan. Kalau ini sih saya
sengaja mau go show saja melihat yang nyaman, karena tampilan gambar
hotel-hotel di Wakatobi tidak terlalu jelas.
Komentar
Posting Komentar