Solo Traveling Menuju Wakatobi (bag. 2: the journey has already started)



"This March will gonna be legendaarryyyyy!!" Itulah salah satu twit saya menyambut bulan Maret. Menjelang hari keberangkatan, muncul rasa ragu, gimana kalau liburan saya membosankan? gimana kalau gelombang tinggi? gimana kalau saya gak punya temen? gimana kalau perjalanan ini tidak sesuai harapan saya? Tapi hanya sesaat aja sih, rasa takut saya dikalahkan dengan rasa antusias saya mau melihat tempat baru, melakukan hal baru, dan kenalan dengan orang baru.


7 Maret 2013

Saya mendapat telepon dari Merpati, guess whaatt?? mereka memajukan jam keberangkatan Makasar - Baubau yang harusnya jam 14.10 WITA menjadi jam 10.20 WITA, sedangkan saya baru sampai di Makasar dijadwalkan jam 10.10 WITA, otomatis saya protes dooong, akhirnya mereka memberi catatan di status saya dan meminta supaya saya segera check-in begitu landing di Makasar. Akhirnya yaa, saya mengalami juga pengalaman di PHP-in Merpati, hehehe. Jam keberangkatan dirubah, berarti saya harus merombak bawaan saya juga. Demi memudahkan perjalanan pindah pesawat, saya memutuskan tidak membawa bagasi, hanya backpack dan tas kecil. Saya harus merelakan sleeping bag, baju renang, dress pantai dan beberapa kaos ditinggalkan *hiks


8 Maret 2013

Jalan-jalan adalah salah satu alasan saya bisa bangun pagi. Demi mengejar pesawat jam 5.40 WIB, saya rela bangun jam 3.30 WIB, padahal semalam baru selesai packing jam 00.00 WIB. Enaknya mendapat flight pagi hari adalah jalanan yang masih lancar dan kemungkinan delay yang kecil. Pesawat Citilink menuju Makasar take-off sesuai waktunya, di pesawatpun saya tidak melakukan kegiatan apapun selain tidur, dan baru tebangun sesaat menjelang landing (paraaahh yaaa :D). Setelah landing, saya buru-buru menuju counter chek-in Merpati ke Baubau, untung pesawatnya belum berangkat, setengah berlari saya menuju ke pesawat yang gak lama setelah saya sampe langsung take-off. Jam tangan saya menunjukkan bahwa tidak sampai 15menit saya berada di bandara International Sultan Hasanudin, rasanya sesuatu sodara-sodara.. :p

Pesawat Citilink yang akan membawa saya ke Makasar

Beginilah penampakan pesawat Merpati sewaktu loading barang di Baubau (bandingkan langit Jakarta dan Baubau :D)

Bandara Betoambari, Baubau

Perjalanan Makasar – Baubau ditempuh sekitar 45 menit. Di Baubau, saya sudah dijemput Taufik dan dua temannya, bernama Anton dan Bolang. Karena jam penerbangan yang dimajukan, saya jadi punya waktu lebih lama untuk meng-explore kota Baubau. Sebelum menjemput saya, Taufik sudah mengunjungi air terjun Tirta Rimba, yang sekarang sudah kering kerontang karena katanya ada tambang nikel baru di dekat sumber airnya (miriiiiissss!!). Tempat pertama yang kita kunjungi adalah gua La Kasa, yang di dalamnya terdapat air telaga yang jernih. Perjuangan menuju telaga cantik ini bener-bener penuh perjuangan, saya yang pada dasarnya gak terlalu suka aktivitas caving, otomatis merasa disiksa selama perjalanan, penuh liku dan gelap total. Terdapat beberapa lampu-lampu yang disediakan, tapi sayangnya tidak bisa dinyalakan karena rusak. Satu-satunya penerangan hanyalah dari headlamp dan sinar senter. Terlihat stalagtit dan stalagmit berbagai bentuk yang warnanya cantiiikk sekali. Begitu sampai telaga, semua terbayar, telaganya benar-benar jernih, airnya tawar, dan batu sekitarnya terlihat seperti kristal. Sejujurnya saya mau banget berenang disini, tapi karena memikirkan saya masih harus explore beberapa tempat lagi, terpaksa saya urungkan niat tersebut. Puas berenang dan leyeh-leyeh disini, kita lanjutkan perjalanan lagi (oh noooo, harus kembali manjat2 gua yang tadi *nangis).

Taufik langsung kalap begitu melihat air telaga yang jernih
 
sementara saya hanya bisa mejeng di pojokan saja :(

batu kristal yang menjadi dasar telaga, cantik sekaligus tajam

saya diantara stalagtit & stalagmit

Perhentian selanjutnya adalaaahhh.. Pantai Nirwana. Menurut saya sih standar pantai di daerah Indonesia Timur sih, pasir putir, laut biru, dan beberapa sampah organik di bibir pantainya, hehehe. Di sepanjang pantai juga sudah disediakan bale-bale untuk sekedar duduk-duduk atau makan-makan cantik. Lagi-lagi saya mengurungkan niat berenang dengan alasan yang sama seperti di gua La Kasa. Ngapain aja disini? Foto-foto dan makan jagung aja. Yukmareee..

Pantai Nirwana dengan gazebo sederhana-nya

Sejak sampai Baubau, saya sudah request ke teman-teman kalau saya mau foto di tulisan Baubau yang ada di bukit Wantiro. Yah, namanya juga landmark yaa, belum sah kalo belum ada fotonya. Pergilah kita kesana, gak lupa buat mampir dulu di patung ekor naga depan kantor walikota Baubau, patung kepala naga-nya rada jauh dari sini, ada di dekat pelabuhan, kenapa dipisahkan sejauh itu? Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan saya. Di bukit Wantiro, banyak tempat makan outdoor yang langsung menghadap laut dan sunset, pemandangan dari sini oke sih menurut saya, walaupun kebanyakan sih cuma menyediakan indomie ya, hehehe.. Diam-diam saya bayangin kalau tempat makan dibuat sedikit elit dengan pilihan menu makanan dan minuman yang lebih banyak, pasti gak kalah tuh sama pulau-pulau di Yunani (yakaleee :p).

kantor Walikota Baubau, kece yaaa..

patung ekor naga yang terpisah jauh dari kepalanya

 
 inilah tujuan saya sejak menginjakkan kaki di Baubau :D

Matahari udah semakin rendah, gak buang-buang waktu lagi kita langsung ke Benteng Keraton Wolio. Benteng yang berbentuk lingkaran ini mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record yang dikeluarkan bulan september 2006 sebagai benteng terluas di dunia dengan luas sekitar 23,375 hektar. Beberapa objek menarik di area benteng adalah meriam-meriam kuno, masjid agung, Istana Badia, makam Sultan Murhum (Sultan Buton pertama) dan batu Wolio (saya berkesempatan melihat obajek-objek wisata ini setelah perjalanan dari Wakatobi). Saat-saat menuju sunset juga dinantikan oleh warga lokal. Ada yang sekedar duduk ngerokok sambil matanya kearah matahari (curiganya sih lagi galau dia :P), beberapa anak muda yang main voli dadakan, dan beberapa turis lokal yang sibuk foto-foto (taulah saya masuk kelompok yang mana, hehe). Sayangnya sunset saat itu tertutup awan, jadi kurang cantik, walaupun warnanya udah bagus banget sih.

 salah satu meriam yang tersebar di area Benteng


pemandangan kota Baubau dari benteng Keraton

Setelah matahari hilang, kita langsung meuju rumah Anton buat mandi dan siap-siap menuju pelabuhan. Di dekat pelabuhan ini letaknya patung kepala naga, tapi mungkin nanti waktu saya pulang dari Wakatobi, saya sempatkan kesana. Karena perut saya udah bunyi-bunyi, kita memutuskan buat makan malam dulu di dekat pelabuhan sambil menunggu kapal ke Tomia. Gimana rasa makanannya? Yaaahh, yang penting kenyang deehh, hehehe. Jam 20.00, bergeraklah kita menuju kapal Wisata Indah 2 ke Tomia. Dalemnya terdiri dari matras2 penumpang yang dibagi dalam 2 tingkat, sialnya saya dapet tingkat bawah, dengan view kaki-kaki orang jalan :D. Jam 21.30 kapal jalan, dan saya gak basa-basi langsung tidur. Sampai jumpa di Tomia :D

Komentar

  1. Wah belum sampai cerita Wakatobi-nya ya.... pantai2 di Indonesia Timur emang cakep2.. ditunggu cerita puncaknya (entah bagian berapa baru nyampe puncak) :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serba-serbi Blok Mandibular

I'm a dentist and I'm travelling

Saya dan APD gemesh-gemesh